Jumat, 25 Juni 2010
Sudahkah anda bersedekah?
Jadilah Donatur Pembangunan Masjid An-Nuur
BNI 0192389142 an Darmawan Saputro
Mandiri 1370006957530 an Darmawan Saputro
Sekretariat : Hp.085725767272/081931731893
Email : annuur_masjid@yahoo.com
Kami ucapkan banyak terimakasih bagi Bpk/Ibu/Sdr/i yang sudah mau menyisihkan hartanya untuk rumah Allah, semoga dilapangkan rizkinya, dan diberikan tambahan berkah. Amin
“Barangsiapa yg membangun masjid maka Alloh akan membangunkan baginya rumah di surga”
Jumat, 11 Juni 2010
Kata-kata mutiara islami
- Ada dua perkara yang jika Anda Amalkan, Anda akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: Menerima sesuatu yang tidak Anda sukai, jika sesuatu itu disukai Allah. Dan membenci sesuatu yang Anda sukai, jika sesuatu itu dibenci oleh Allah.”
(Abu Hazim) - Ada enam perkara, apabila dimiliki oleh seseorang maka telah sempurnalah keimanannya : (1) memerangi musuh Allah dengan pedang, (2) tetap menyempurnakan puasa walaupun di musim panas, (3) tetap menyempurnakan wudhu walaupun di musim dingin, (4) tetap bergegas menuju mesjid (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) walaupun di saat mendung, (5) meninggalkan perdebatan dan berbantah-bantahan walaupun ia tahu bahwa ia berada di pihak yang benar dan (6) bersabar saat ditimpa musibah.”
(Yahya bin Muadz) - Ada tiga golongan orang yang paling menyesal pada hari kiamat : (1) orang yang memiliki budak ketika di dunia, ternyata pada hari kiamat budak tersebut memiliki prestasi amal yang lebih baik darinya, (2) orang yang mempunyai harta tetapi tidak mau bersedekah dengannya sampai ia meninggal dunia, kemudian harta tersebut diwarisi oleh orang yang memanfaatkan harta tersebut untuk bersedekah di jalan Allah, dan (3) orang yang mempunyai ilmu tetapi ia tidak mau mengambil manfaat dari ilmunya, lalu ilmu tersebut diketahui oleh orang lain yang mampu mengambil manfaat darinya.”
(Sufyan bin ‘Uyainah) - Akhlak yang paling mulia adalah menyapa mereka yang memutus silaturahim, memberi kepada yang kikir terhadapmu, dan memaafkan mereka yang menyalahimu.”
(HR Ibnu Majah) - Aku belum pernah melihat orang yang paling lama bersedih daripada al-Hasan. Ia berkata, kita tertawa, sementara bisa jadi Allah yang telah melihat amal-amal yang telah kita perbuat berfirman, ‘Aku tidak mau menerima amal-amal kalian sedikitpun.’”
(Yunus bin ‘Ubaid) - Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.”
(HR Abu Daud) - Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaanku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.”
(‘Amir bin ‘Abdi Qais) - Aku tidak suka menjadi seorang pedagang budak. Akan tetapi, menjadi pedagang budak lebih aku sukai daripada aku menimbun bahan makanan sambil menunggu naiknya harga yang memberatkan sesama muslim.”
(Yazid bin Maisaroh) - Amal yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Jika amal itu ikhlas tapi tidak benar, maka tidaklah diterima. Jika amal itu benar tapi tidak ikhlas, juga tidak akan diterima kecuali jika dilakukan secara ikhlas. Ikhlas artinya dilakukan hanya karena Allah. Adapun benar artinya adalah sesuai dengan sunnah (tuntunan dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).”
(Fudhail bin ‘Iyadh) - Apa pendapat Anda bila ada seseorang yang pakaiannya terkena air kencing, lalu ia hendak mensucikannya dengan air kencing pula? Mungkinkah air kencing itu dapat mensucikannya? Tentu saja tidak! Kotoran tidak dapat disucikan kecuali dengan sesuatu yang suci. Begitu pula halnya keburukan yang pernah kita lakukan, tidak akan dapat terhapus kecuali dengan memperbanyak melakukan kebaikan.”
(Sufyan ats-Tsauri) - Apabila akhirat ada dalam hati, maka akan datanglah dunia menemaninya. Tapi apabila dunia ada di hati maka akhirat tidaklah akan menemaninya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan dunia adalah hina”
(Abu Sulaiman Ad Daroni) - Apabila Anda berharap agar Allah senantiasa menganugerahkan kepada Anda apa-apa yang Anda cintai dan sukai maka hendaklah Anda senantiasa menjaga dan melaksanakan apa-apa yang dicintai dan disukai oleh Allah.”
(Salah seorang ahli hikmah) - Apabila kalian senang Allah ta’ala dan Rasul-Nya mencintai kalian, maka tunaikanlah amanah kalian, dan benarlah jika berbicara, dan bertetanggalah dengan baik kepada tetangga kalian.”
(HR Imam Suyuthi) - Ayahku pernah mengatakan bahwa apabila ‘Ali bin al-Husain selesai berwudhu dan telah bersiap untuk shalat, tubuhnya akan gemetar dan menggigil. Pernah ada seorang lelaki yang bertanya kepadanya tentang hal itu, maka ‘Ali bin al-Husain menjawab, ‘Celakalah Engkau! Tidakkah kau tahu, kepada siapa aku akan menghadap? Dan kepada siapa aku akan bermunajat?’”
(al-’Utaibi)
Kata- kata hikmah
Terdapat banyak kemungkinan untuk gagal kerana kejayaan hanya boleh dicapai dengan satu perkara iaitu USAHA.
Ketika ditimpa bencana, kita akan mengenali yang mana satu lawan & yang mana satu kawan.
Pemimpin yang baik akan memikul kesalahan & tidak mengejar nama.
Rumah tanpa buku umpama bilik tanpa tingkap.
Kebocoran yang kecil masih boleh menenggelamkan sebuah kapal yang besar.
Tiada hadiah yang lebih berharga daripada nasihat yang baik.
Nyanyian ibu untuk menidurkan anaknya ketika kecil adalah suara yang paling merdu di dunia.
Tanpa permulaan, anda tidak akan sampai ke mana-mana.
Berdoa dan meminta bukannya perkara yang sama.
Kegagalan adalah permulaan kepada kejayaan.
Fikiran membawa kepada pekerjaan. Pekerjaan membawa kepada kejayaan. Kejayaan membawa kepada impian.
Hiasilah kehidupan ini dengan gurau senda kerana ia melambangkan kehidupan yang harmoni. Jangan jadikan diri anda ibarat sekumpulan tisu-tisu kerana tugasnya adalah untuk mengesat benda -benda yang kotor "buah akal ialah ilmu pengetahuan,buah jiwa adalah iman dan buah fizikal ialah kemajuan" "cinta kepada bunga akan layu,cinta kepada manusia akan berpisah dan cinta kepada ALLAH s.w.t akan abadi" Wanita itu sendiri adalah rahsia Nafsu mengatakan wanita cantik atas dasar rupanya, akal mengatatakan wanita cantik atas dasar ilmu dan kepandaiannya, dan hati mengatakan wanita cantik atas dasar akhlaknya. Sahabat yang beriman ibarat mentari yang menyinar. Sahabat yang setia bagai pewangi yang mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan Allah.
KISAH NABI IBRAHIM a.s.
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam A’ram” dalam kerajaan “Babylon” yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama “Namrud bin Kan’aan.”
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mrk yang telah mengurniakan mrk dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan’aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan brg-brg itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:” Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? ”
Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah
Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: ” Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.”Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? “Nabi Ibrahim menjawab:” Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “Kun” yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki ” Fayakun”.
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: ” Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau.”
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: ” Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku utkmu.” Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mrk warisi.
Nabi Ibrahim pd akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta.
” Inilah dia kesempatan yang ku nantikan,” kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:” Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu.”Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: “Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?” Berkata salah seorang diantara mrk:” Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini.” Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:” Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu.” Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:” Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?” Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:” Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya.” Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:” Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?” Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:” Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu.”
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:” Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya.”
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:” Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.”
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.
KISAH NABI SALLEH a.s.
Terkait : http://harmoni-my.org/
KISAH NABI HUD a.s.
Karena tak seorangpun kaum Ad yang mau beriman, Nabi Hud hanya bisa pasrah kepada Allah SWT. Meski begitu ia tetap sabar dan tidak bersikap emosional. Lalu katanya dengan tegas, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah SWT dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan selain dari Allah. Sebab itu, jalankanlah semua tipu dayamu terhadapku, dan janganlah kamu memberi kelonggaran kepadaku.” (QS Hud: 54-55).
Nabi Hud berkata lagi, “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah SWT, tuhanku dan tuhanmu, tidak satupun binatang melata, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya tuhanku dijalan yang lurus. Jika kamu berpaling, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu segala apa yang aku di utus oleh Allah. Tuhanku akan mengganti dengan kaum yang lain, (karena) kamu tidak dapat membuat mudarat sedikitpun kepada-Nya. Sesungguhnya tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu.” (QS Hud: 56-57).
Segala daya upaya Nabi Hud tidak berhasil. Maka tidak ada jalan lain baginya kecuali pasrah dan menunggu janji Allah SWT berupa siksa dan azab bagi kaum Ad yang ingkar itu. Mula-mula Allah menguji mereka dengan kekeraingan yang luar biasa. Begitu terik matahari ketika itu, sehingga batu-batu yang di sentuh pun memercikkan bola api. Di tengah krisis itu, kaum Ad bertanya kepada Nabi Hud, “Mengapa terjadi kekeringan ini, wahai Hud?”
“Sesungguhnya Allah SWT telah murka kepada Kalian. Jika kalian beriman, Allah SWT akan menurunkan hujan.”
Mereka bukannya bertobat, tetapi justru mengejek dan semakin menganggap bahwa Nabi Hud benar-benar telah gila. Akibatnya, masa kekeringan semakin panjang dan dahsyat. Pepohonan yang hijau pun mulai menguning menegering lalu mati semua. Dan tak lama kemudian, datanglah awan besar menggelantung bergulung-gulung di langit. Melihat itu kaum Ad gembira, mengira hujan akan segera turun.
Namun betapa kagetnya mereka ketika tiba-tiba udara berubah, yang tadinya panas dan kering menjadi sangat dingin menusuk tulang. Angin bertiup sangat kencanag, menerbangkan semua benda di atas bumi. Dari hari ke hari, udara dingin semakin dingin. Maka kaum Ad pun mulai ketakutan, berlarian kesana kemari mencari perlindungan.
Namun, badai semakin kencang, menghancurkan tenda dan rumah-rumah, menerjang dan membunuh apa saja, tetumbuhan maupun hewan, mencabik dan merobek pakian, bahkan mengelupas kulit kaum Ad. tak terkecuali. Nabi Hud mengungsi bersama kaum yang beriman. Dan selama dalam pengungsian itu, badai dingin terus menghantam selama tujuh malam dan delapan hari.
Itulah azab yang Allah timpakan kepada kaum Ad yang selalu ingkar. Mayatpun bergelimpangan dimana-mana. “Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. Maka kamu lihat kaum Ad ketika itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang lapuk.” (QS Al-Haqqah: 7).
Tak satu benda atau binatang pun yang tersisa, tak seorang pun yang hidup. Semua binasa bak pohon kurma yang lapuk. Sementara Nabi Hud dan kaum yang beriman di selamatkan oleh Allah SWT.
Kisah Nabi Nuh, Lebih dari 950 Tahun Berdakwah (1)
Nabi Nuh AS, adalah Rasul yang diutus Allah SWT ke muka bumi. Ia berdakwah selama 950 tahun lebih. Ia juga manusia pertama yang berhasil membuat perahu. Ketika Allah SWT menurunkan azab banjir bandang, semua penghuni jagad raya ini lenyap, kecuali yang ikut berlayar bersama Nabi Nuh AS.
Nabi Nuh AS adalah keturunan yang ke 10 dari Nabi Adam AS. Nabi Nuh diutus Allah SWT untuk menyeru umat manusia agar menyembah Allah, dan melarang menyembah kepada selain Allah.
Semua nabi beriman kepada Allah SWT sebelum mereka diutus. Di antara mereka ada yang mencari Allah SWT seperti Nabi Ibrahim AS, ada juga di antara mereka yang beriman kepada-Nya dari lubuk hati yang paling dalam, seperti Nabi Musa AS, dan di antara mereka ada juga yang beribadah kepada-Nya dan menyendiri di Gua Hira, seperti Nabi Muhammad SAW.
Lalu bagaimana dengan Nabi Nuh AS. Nabi Nuh adalah manusia yang mengingat dengan baik perjanjian Allah SWT dengan Nabi Adam dan anak-anaknya, ketika Allah SWT menciptakan mereka. Berdasarkan fitrah, ia beriman kepada Allah sebelum pengutusannya kepada manusia.
Namun ada sebab lain yang berkenaan dengan kebesaran Nabi Nuh As. Ketika ia bangun, tidur, makan, minum atau mengenakan pakaian, masuk atau keluar, ia selalu bersyukur kepada Allah, dan memuji-Nya, serta mengingat nikmat-Nya dan selalu bersyukur kepada-Nya.
Allah mengisahkan Nuh AS, sesungguhnya dia adalah hamba yang banyak bersyukur (Al-Isra’ ayat 3). Allah memilih hambanya yang bersyukur dan mengutusnya sebagai Nabi kepada kaumnya. Nabu Nuh keluar menuju kaumnya dan memulai dakwahnya.
Ibnu Katsir menulis dalam kitabnya Qishashul Ambiya, Nabi Nuh AS diutus pada kaumnya bernama Bani Rasib. Hal yang sama disebutkan oleh Ibnu Jubair dan yang lainnya.
Pada saat itu, kaum Nabi Nuh berada dalam puncak kesesatan yang nyata. Tenggelam dalam kekafiran dan kemunafikan. Mereka menyembah patung atau berhala.
Dakwah Nabi Nuh AS
Setelah Allah menetapkan sebagai utusan pembawa Risalah atau Hidan, maka keluarlah Nabi Nuh AS menemui kaumnya. Ia menyerukan kepada kaumnya. “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada tuhan bagimu selain Dia. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar.” (QS Al-A’raf: 59).
Dengan kalimat yang singkat tersebut Nabi Nuh menjelaskan kepada kaumnya hakikat ketuhanan dan hakekat kebangkitan kepada kaumnya. Di sana hanya ada satu pencipta yang berhak disembah. Di sana terdapat kematian, kemudian kebangkitan, kemudian kiamat, hari besar yang didalamnya terdapat siksaan yang besar pula.
Nabi Nuh AS menjelaskan kepada kaumnya, mustahil ada tuhan selain Allah yang maha Pencipta. Ia memberikan pengertian kepada mereka, setan telah lama menipu mereka dan telah tiba waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nabi Nuh AS juga menyampaikan, Allah SWT telah memuliakan manusia. Dia telah menciptakan mereka, memberi mereka rezeki dan menganugrahi akal.
Dakwah Nabi Nuh AS ternyata tidak berkenan di hati kaumnya. bahkan sebagian besar kaumnya mengolok-oloknya, dengan mengatakan, Nabi Nuh adalah seorang pembohong dan ajakannya tak perlu diikuti. Sebab, dimata kaumnya, Nabi Nuh bukanlah siapa-siapa, ia hanyalah manusia biasa, dan bukan dari golongan kaum bangsawan.
Maka terbelahlah kaum Nabi Nuh menjadi beberapa golongan, kelompok orang yang lemah, orang fakir dan orang yang menderita di mana kelompok ini adalah mereka yang merasa dilindungi dengan apa yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Dan satu lagi kelompok orang kaya, orang-orang kuat dan bangsawan penguasa.
Kelompok inilah yang kemudian menjadi penentang bagi dakwah yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Bahkan kelompok ini kemudian menyusun rencana untuk melakukan serangan kepada Nabi Nuh, dengan melancarkan tuduhan, Bahwa Nabi Nuh adalah seorang pembohong.
Selanjutnya para pembesar dari kaum Nabi Nuh menggunakan dalih, Nabi Nuh adalah manusia biasa seperti mereka. Karenanya dakwahnya tak perlu di ikuti. “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami” (QS. Hud: 27).
Tidak hanya itu, para penguasa bahkan mengejeknya, dengan mengatakan, “Kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina diantara kami yang lekas saja percaya, dan kami kira kamu tidak memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang yang berdusta.” (QS. Hud: 17)
Lebih dari 950 Tahun
Namun bukanlah seorang Nabi, bukan pula seorang utusan Allah, bila mudah putus asa. Nabi Nuh dengan penuh ketabahan menerima semua cercaan dan ejekan itu sebagai sebuah ujian dan konsekwensi dari tugas kerasulannya. Beliau tetap melanjutkan dakwahnya di tengah-tengah kaumnya.
Waktu demi waktu, hari demi hari, dan tahun demi tahun, berlalulah masa yang panjang itu. Nabi Nuh tetap mengajak kaumnya, siang dan malam, dengan sembunyi maupun dengan terang-terangan. Bahkan ia memberikan contoh kepada mereka, memberikan penjelasan mengenai tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT di dunia ini.
Namun setiap kali Nabi Nuh mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Mereka lari darinya, setiap kali Nabi Nuh menyeru agar Allah mengampuni mereka. Kaum Nabi Nuh justru meletakkan jar-jari mereka di telinga-telinga mereka, dengan kesombongan dan kecongkakan yang tinggi mereka mengolok-olok Nabi Nuh AS.
Mendapat hinaan yang bertubi-tubi, Nabi Nuh tetap berupaya meyakinkan kaumnya, dengan mengatakan “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku mempunyai bukti-bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku ramat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu? Apa akan kami paksakan kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya? (QS. Hud: 28).
Mendengar seruan Nabi Nuh demikian, para pemuka dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan nyata.” (QS. Al-A’raf: 60). Nabi Nuh pun menjawab dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun, bahasa para Nabi yang agung.
“Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun, aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanah-amanah Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu ketahui.” (QS, Al-A’raf: 61-62)
Nabi Nuh tetap melanjutkan dakwahnya di tengah-tengah kaumnya selama ratusan tahun. Sayangnya jumlah kaum mukminin tidak bertambah, sedangkan jumlah kaum kafir justru bertambah. Nabi Nuh sangat sedih, namun ia tidak sampai putus harapan. Ia tetap menjaga harapan selama 950 tahun.
Datanglah hari di mana Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahwa orang-orang yang beriman dari kaumnya tidak akan bertambah lagi. Allah mewahyukan kepadanya agar ia tidak bersedih atas tindakan mereka. Maka saat itu Nabi Nuh berdoa agar orang-orang kafir dihancurkan. “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS. Nuh: 27).
Nabi Nuh memanjatkan doanya dengan alasan, “Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan kafir (QS. Nuh: 27)
Bersambung
Gambar: http://www.muslimdaily.net/berita/noah-ark.jpg dan http://auliamuttaqin.files.wordpress.com/2008/09/perahu-nuh-2.jpg